on Minggu, 13 November 2011

Bahasa Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Bahasa Indonesia
Dituturkan di Indonesia, Malaysia, Timor Leste, Brunei, Singapura
Daerah Indonesia, Malaysia, Timor Leste, Brunei, Singapura
Jumlah penutur 17–30 juta penutur asli
total 140–220 juta
Peringkat 56
Rumpun bahasa Austronesia
Status resmi
Bahasa resmi di  Indonesia
Diatur oleh Pusat Bahasa
Kode-kode bahasa
ISO 639-1 id
ISO 639-2 ind
ISO 639-3 ind
Indonesian Language Map.svg
Keterangan:
     Wilayah Bahasa Indonesia dominan dipertuturkan dan sebagai bahasa resmi.
     Wilayah Bahasa Indonesia dituturkan oleh minoritas.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia[1] dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.[2] Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu.[3] Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang)[4] dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.[5] Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.[6] Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,[7] sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah.[8] Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.[9]

Daftar isi

Bahasa Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Indonesia
Dituturkan di Indonesia, Malaysia, Timor Leste, Brunei, Singapura
Daerah Indonesia, Malaysia, Timor Leste, Brunei, Singapura
Jumlah penutur 17–30 juta penutur asli
total 140–220 juta
Peringkat 56
Rumpun bahasa Austronesia
Status resmi
Bahasa resmi di  Indonesia
Diatur oleh Pusat Bahasa
Kode-kode bahasa
ISO 639-1 id
ISO 639-2 ind
ISO 639-3 ind
Indonesian Language Map.svg
Keterangan:
     Wilayah Bahasa Indonesia dominan dipertuturkan dan sebagai bahasa resmi.
     Wilayah Bahasa Indonesia dituturkan oleh minoritas.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia[1] dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.[2] Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu.[3] Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang)[4] dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.[5] Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.[6] Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,[7] sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah.[8] Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi
on Sabtu, 12 November 2011
LATAR BELAKANG
Dalam memberikan penilaian atau sekedar mendapatkan informasi dari sebuah buku atau film, mutlak dibutuhkan suatu resensi. Apakah istilah resensi sebenarnya? Sebuah tulisan atau ulasan mengenai nilai-nilai yang terkandung pada sebuah karya tulis. Dengan resensi, karya dapat dinilai secara langsung dan tentu secara tidak langsung mempengaruhi konsumen untuk turut menikmati karya tersebut.
Tujuan dari resensi sendiri adalah menyampaikan kepada para pembaca mengenai kepatutan sebuah karya dalam memperoleh sambutan dari masyarakat. Seorang penulis resensi memiliki tujuan untuk membantu para pembaca mengenai perlu tidaknya sebuah buku dibaca atau sebuah hasil karya dinikmati seperti drama, film, sinetron, dan lain sebagainya.
Resensi sendiri disesuaikan dengan selera pembaca. Oleh karena itu, resensi yang dimuat pada sebuah media cetak bisa jadi tidak sama dengan yang dituliskan pada media cetak lain. Resensi juga disesuaikan dengan latar belakang tingkat pendidikan pembacanya karena pembaca merupakan orang yang akan dihadapkan langsung pada hasil resensi seorang penulis resensi.
1. PENGERTIAN RESENSI Secara etimologis, kata “Resensi” berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja “revidere” atau “recensere”. Kedua kata tersebut berarti melihat kembali, menimbang, atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah “recensie” dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “review”.
Gorys Keraf mendefinisikan resensi sebagai ”Suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku” (Keraf, 2001 : 274). Dari pengertian tersebut muncul istilah lain dari kata resensi yaitu kata pertimbangan buku, pembicaraan buku, dan ulasan buku. Intinya membahas tentang isi sebuah buku baik berupa fiksi maupun nonfiksi. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa resensi adalah tulisan ilmiah yang membahas isi sebuah buku, kelemahan, dan keunggulannya untuk diberitahukan kepada masyarakat pembaca.
2. TUJUAN RESENSI
Sebelum meresensi, hendaknya peresensi memahami tujuan resensi. Daniel Samad (1997 : 2) mengemukakan tujuan penulisan resensi yang meliputi lima tujuan, antara lain yaitu :
• Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
• Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
• Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
• Menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat buku yang baru terbit seperti: siapa pengarangnya, mengapa ia menulis buku itu, bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama, dan bagaimana hubungannya dengan buku sejenis karya pengarang lain?
3. SISTEMATIKA RESENSI
Sistematika resensi atau bagian-bagian resensi dikenal juga dengan istilah unsur resensi. Unsur yang membangun sebuah resensi menurut Samad (1997 : 7-8) adalah sebagai berikut: (1) judul resensi; (2) data buku; (3) pembukaan; (4) tubuh resensi; dan (5) penutup. Penjelasan tentang bagian-bagian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu :
a) Judul Resensi Judul resensi harus menggambarkan isi resensi. Penulisan judul resensi harus jelas, singkat, dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran. Judul resensi juga harus menarik sehingga menimbulkan minat membaca bagi calon pembaca. Sebab awal keinginan membaca seseorang didahului dengan melihat judul tulisan. Jika judulnya menarik maka orang akan membaca tulisannya.
Sebaliknya, jika judul tidak menarik maka tidak akan dibaca. Namun perlu diingat bahwa judul yang menarik pun harus sesuai dengan isinya. Artinya, jangan sampai hanya menulis judulnya saja yang menarik, sedangkan isi tulisannya tidak sesuai, maka tentu saja hal ini akan mengecewakan pembaca. b) Data Buku Secara umum ada dua cara penulisan data buku yang biasa ditemukan dalam penulisan resensi di media cetak antara lain:
a. Judul buku, pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar), penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.
b. Pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar, penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku. c) Pendahuluan Bagian pendahuluan dapat dimulai dengan memaparkan tentang pengarang buku, seperti namanya, atau prestasinya. Ada juga resensi novel yang pada bagian pendahuluan ini memperkenalkan secara garis besar apa isi buku novel tersebut. Dapat pula diberikan berupa sinopsis novel tersebut. d) Tubuh Resensi Pada bagian tubuh resensi ini penulis resensi (peresensi) boleh mengawali dengan sinopsis novel. Biasanya yang dikemukakan pokok isi novel secara ringkas. Tujuan penulisan sinopsis pada bagian ini adalah untuk memberi gambaran secara global tentang apa yang ingin disampaikan dalam tubuh resensi. Jika sinopsisnya telah diperkenalkan peresensi selanjutnya mengemukakan kelebihan dan kekurangan isi novel tersebut ditinjau dari berbagai sudut pandang—tergantung kepada kepekaan peresensi. e) Penutup Bagian akhir resensi biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. Kemudian diberikan penjelasan juga apakah memang buku itu cocok dibaca oleh sasaran yang ingin dituju oleh pengarang atau tidak. Berikan pula alasan-alasan yang logis.
4. POLA TULISAN RESENSI
Ada tiga pola tulisan resensi buku, yaitu meringkas, menjabarkan, dan mengulas.
a. Meringkas (sinopsis), berarti menyajikan semua persoalan buku secara padat dan jelas. Sebuah buku biasanya menyajikan banyak persoalan. Persoalan-persoalan itu sebaiknya diringkas. Untuk itu, perlu dipilih sejumlah masalah yang dianggap penting dan ditulis dalam suatu uraian yang benar. b. Menjabarkan (deskripsi), berarti mengungkapkan hal-hal menonjol dari sinopsis yang sudah dibuat. Jika perlu, bagian-bagian yang mendukung uraian itu dikutip. c. Mengulas, berarti menyajikan uraian sebagai berikut:
- isi pernyataan atau materi buku yang sudah dipadatkan dan dijabarkan kemudian diinterpretasikan;
- organisasi atau kerangka buku;
- bahasa;
- kesalahan cetak;
- membandingkan (komparasi) dengan buku-buku sejenis, baik karya pengarang sendiri maupun karya pengarang lain;
- menilai, mencakup kesan peresensi terhadap buku, terutama yang berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan buku
5. TAHAPAN RESENSI
Berikut ini merupakan tahapan atau langkah – langkah dalam menulis resensi, antara lain yaitu :
• Tahap Persiapan
(a) Membaca contoh-contoh resensi
(b) Menentukan buku yang akan diresensi.
• Tahap Pengumpulan data
(a) Membaca buku yang akan diresensi
(b) Menandai bagian-bagian yang akan dijadikan kutipan sebagai data
(c) Menuliskan data-data penulisan resensi. • Tahap penulisan meliputi
(a) Menuliskan identisa buku
(b) Mengemukakan sinopsis novel
(c) Mengemukakan kelebihan dan kekurang-an buku novel
(d) Mengemukakan sasaran pembaca
(e) Mengoreksi dan memperbaiki resensi berdasarkan susunan kalimatnya, kohesi dan koherensi karangan, diksi, ejaan dan tanda bacanya.

Sumber: http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/10/tugas-b-indonesia2-minggu-ke-2-definisi-resensi/
     Syair yang merupakan puisi tradisional yang cukup tua yang tumbuh dan bertunas setelah masuknya peradaban islam ke indonesia, Kata para ahli sejarawan Sastra; Kata Syair sendiri berasal dari kata Syu'ur yang artinya perasaan.

     Syair yang merupakan puisi tradisional, mendapatkan pengaruh kesusasteraan islam seperti pantun. Syair juga digunakan untuk melukiskan sesuatu yang panjang, bisa tentang suatu cerita, ilmu, persahabatan dan lain lain.

Sedang ciri ciri atau karakteristik syair adalah sebagai berikut:
~ Tiap bait terdiri dari 4 baris
~ Biasanya setiap baris terdiri dari 4 kata
~ Sajaknya a-a-a-a
~ Ke empat baris merupakan rangkaian isi atau pesan

Dan saya jadi merasa kalo Syair Ceng-Lu saya kemarin ternyata bukanlah Syair, Karena tak mengikuti karakteristik Syair diatas; Untuk itu saya tuliskan Contoh Atau Bentuk Syair yang diambil dari situs Ashaid's Weblog (http://ashaid.wordpress.com/2009/04/29/puisi-syair-kwatrin/) sebagai penutup postingan Syair Ini:

Seri Negeri gelaran diberi
Sebuah pulau cantik berseri
Bernaung dibawah sebuah negeri
Raja berdaulat Paduka Seri

Lautnya biru pantainya indah
Makam Mahsuri lagenda sejarah
Puteri Melayu tak mudah menyerah
Tujuh keturunan dimakan sumpah

Pulau lagenda dimakan sumpah
Tujuh keturunan tamatlah sudah
Kini makmur melimpah ruah
Semua penghuni tersenyum megah


sumber: http://cendrawasih11.blogspot.com/2010/05/tentang-syaircontoh-ciri-ciri-asal.html